[Mohon kerja samanya untuk tidak
mengcopy-paste tulisan ini demi menghargai kerja keras dan pengorbanan waktu
yang dimiliki author. Apabila ingin men-share tulisan ini cukup cantumkan link
aktifnya. Terima kasih sebelumnya.]
[Puteri Sihir Sera]
Ji Dan
menelpon Kwang Chul menanyakan perihal gadis pekerja paruh waktu, mungkinkah
Hyung-nya itu yang mempekerjakannya? Kwang Chul tidak tahu, mungkin Direktur
Kim yang melakukannya. Tapi ia juga bertanya-tanya bagaimana direktur bisa tahu
mereka membuka kembali karaokenya. Entahlah.
“Ngomong-ngomong,,
aku jadi tidak perlu jaga shift malam kan?” rayu Ji Dan.
Apakah
Kwang Chul mengijinkannya? Tentu saja tidak. Yang perlu dilakukan Ji Dan adalah
menjaga tempat itu dan tidak perlu menggaji gadis pekerja paruh waktu. Lagipula
mereka tidak mempekerjakannya, Kwang Chul yakin pasti direktur sudah
mengurusnya.
Ji Dan
masuk kerja seperti biasa, menghidupkan semua lampu tapi heran lampu
‘blink-blink’ semalam tidak ada. Kemudian teringat partner aneh nya yang bisa
menyalakan lampu-lampu itu tapi juga tidak pamit saat pulang kerja. *baru
nyadar… partnernya aneh >.<
Seorang
’Pengembara Budha’(aku gak tahu sebutannya XD) datang mengejutkan Ji Dan yang
sedang mencari-cari sakelar lampu ‘blink-blink’ dilorong hingga kepalanya
terbentur atap. ia mengeluhkan orang tersebut yang masuk tanpa suara.
Setelah
melakukan gerakan pengusir setan yang diklaim sebagai pengusir bebatuan dari
kepunahan jiwa dan energi manusia, orang tersebut menengadahkan tangannya.
*Istilah kasarnya ‘minta sumbangan’ >.<
Ji Dan
mengerti isyarat itu lalu membuka dompetnya yang hanya terdapat 2 lembar uang
seribu won. Ia memberikannya satu lembar sambil memohon untuk mengusir
kepunahan jiwa dan energi manusia dari tempat itu. Uang tersebut diterima
‘Pengembara Budha’ dengan tatapan menghina. *maksudnya sih kurang banyak….euh
>.<
‘Pengembara
Budha’ melakukan gerakan pengusir setannya sekali lagi sambil mendoakan Ji Dan
masuk surga. Tapi dibanding masuk surga, Ji Dan berharap orang itu segera pergi
saja. Ha ….
Sesaat
setelah berbalik pergi, ‘Pengembara Budha’ tersebut membalikkan badannya.
Melihat sekeliling sambil menerawang, ia berkata energi ditempat itu tidak
dapat disingkirkan tapi juga tidak bisa terus berlimpah.
“Terdapat
celah kecil antara penderitaan didunia manusia dan surga-nya Budha”.
Apa
maksudnya???
Suatu
saat Ji Dan nongkrong dengan temannya ditaman sambil menceritakan perihal
kata-kata ‘Pengembara Budha’. Meskipun ia menyadari tempat karaoke itu
suasananya pengap dan suram, persis seperti apa yang di katakan ‘Pengembara
Budha’ , tapi ia menyangkal rumor keberadaan hantu disana.
Menurut
temannya itulah bukti bahwa ada hantu disana. Sebuah jalan tengah, dimana para
hantu dan manusia bisa saling berbicara dan melihat satu sama lain.
“Aaah….lupakan,
kurasa gosip itu tak berdasar. Ngomong-ngomong, bukankah kau bilang ada pekerja
paruh waktu ditempatmu?”
“Ya,
kenapa?”
“Apa dia
cantik?”
Ji Dan
menatap keatas mengingat wajah partnernya lalu memberitahu temannya jika
partnernya itu cantik, benar-benar cantik. Dengan tak sabar temannya bertanya
mengenai namanya, berapa umurnya, serta wajahnya mirip dengan artis siapa.
“Mana
kutahu?”
“Apa?
Jangan bilang kau belum tahu. Waaah…kau gila. Mendapatkan informasi pribadi
seperti itu adalah dasar penting, kau tahu! Begini,.. segera setelah pekerja
itu datang, kau seharusnya bilang “Bisa kulihat kartu identitasmu?, orang
bilang kau mirip artis *…..* “
“Berhenti
bicara omong kosong. Dia datang untuk kerja, apa kau melakukan itu untuk
mem’booking’ nya? Aish….”
Lagipula
Kwang Chul juga tidak tahu, dan Ji Dan sendiri tidak tertarik jadi buat apa.
Temannya tidak bisa berkata apa-apa. Itu tidak penting. Lupakan!
Temannya
mengeluarkan sebuah kertas dari dalam sakunya dan menunjukkannya pada Ji Dan.
Ia berkata ini adalah yang terpenting. Sebuah form pendaftaran acara kontes
bernyanyi ‘Super Voice’.
Ji Dan
terlihat kesal tapi juga nampak tertarik. Temannya menyemangati Ji Dan agar mau
melakukannya. Walaupun terjatuh 7 kali, ia yakin kebangkitan pada kali ke-8.
Yakin ini tidak akan sia-sia, ia juga mengingatkan Ji Dan akan kerja kerasnya
selama ini.
Tapi Ji
Dan berteriak kesal, didunia ini bukan hanya soal kerja keras. Baiklah,..
bagaimana dengan bakat? Ji Dan berbakat.
Ji Dan
yang sudah terlanjur kesal berlalu pergi tanpa mengacuhkan temannya.
Sesaat
sebelum tengah malam, tampak lampu papan nama diluar mati. Kemudian saat pukul
00.00 tepat lampu itu kembali menyala, pintu terbuka diiringi bunyi lonceng
yang menggantung didaun pintu dan lampu ‘blink-blink’ diatap lorong juga
menyala. Seorang gadis ‘part-timer’ datang, ia mengetuk meja tempat Ji Dan
tertidur.
Ji Dan
terbangun dengan bingung kenapa ia bisa tertidur. Tapi ia berasumsi jika ia
selalu lelah setelah bertemu dengan Beom Gu (baru tahu nama temennya ^^).
“Apa dia
temanmu?” tanya gadis ‘part-timer’ penasaran.
“Bukan…lebih
mirip debu. Ehm…sel kulit mati atau seekor kutu. Kutu beras” jawab Ji Dan asal.
“Lucu
sekali…kutu beras.”
Bayangan
Ji Dan dimulai, Beom Gu dalam bentuk kutu beras dengan berbagai ekspresi.
“Aah..lupakan!
oh iya Agashi, apa kau punya tanda pengenal?”
Gadis
‘part-timer’ tergagap tampak seperti menyembunyikan sesuatu. Ia malah balik
bertanya kenapa Ji Dan tiba-tiba menanyakannya. Ia berdalih bahwa tanda
pengenalnya saat ini tidak dibawa.
Kemudian
ia mencoba mengalihkan perhatian Ji Dan dengan membuka laci uang. Mendapati tempat
itu kosong yang artinya tidak mendapat pelanggan satupun, atau… jangan-jangan
Ji Dan yang mencurinya?
Ji Dan
kesal dituduh begitu, meski tak memiliki banyak uang ia tidak akan melakukan
hal seperti itu.
Aksi
mengalihkan perhatian gagal setelah sesaat kemudian Ji Dan menanyakan umur
gadis tersebut. Meski begitu tampaknya ia tak patah semangat. Ia mencoba jurus
kedua, memeriksa brosur baru yang ternyata hasilnya malah seperti brosur tempat
bisnis remang-remang. Kembali ia menyalahkan Ji Dan yang tak becus membuatnya.
Membuat Ji Dan kesal dan berteriak padanya untuk membuat brosurnya sendiri.
“Baiklah,…mari
lihat, sebentar lagi beberapa pasangan akan datang” ujar gadis ‘part-timer’.
Dan sepertinya
jurus kedua gagal juga, karena saat ini Ji Dan kembali menanyakan nama gadis
tersebut.
Ia tidak
tahu seberapa lama mereka akan bekerja sama, tapi mereka kan tetap rekan kerja,
minimal mereka harus tahu nama masing-masing.
Setelah
berfikir beberapa saat, gadis ‘part-timer’ mengakui jika namanya adala Sera,
Min Sera.
“Waah…namamu
sangat ‘blink-blink’ seperti pakaianmu” puji Ji Dan.
Sera
berputar dan… tadaa… atribut topi sulap sudah bertengger dikepalanya.
“Pakaian
ini untuk sulap, aku melakukan sulap disini, ingat! “
Sera
kemudian menyanyikan mantera sulap “Puteri Sihir Sera sudah datang” dan
muncullah bunga dari dalam topinya.
Ji Dan
meledek mantera Sera, bukankah maksudnya adalah puteri sihir Seri. Sera
mengabaikannya, ia menawarkan untuk menebak nama Ji Dan lewat sihir. Ia menaruh
genggaman tangannya di jidat kemudian memejamkan mata seolah berfikir,
sementara Ji Dan menunggu dengan sangsi namun juga penasaran.
“Namamu
Gong Ji Dan” tebak Sera.
Bagaimana
Sera bisa tahu??
Kilas
balik Ji Dan saat menjadi kontestan bernyanyi, waktu itu ia bernyanyi dengan
baik walaupun tanpa emosi. Juri memutuskan untuk mengeliminasinya karena
meskipun tekniknya bagus, tapi dinilai masih kurang dibanding dengan tahun
lalu. Bukankankah ini kali kedua?(kontes season 2) Mungkin hasilnya lebih baik
jika Ji Dan membawakannya dengan santai.
Aaah…jadi
begitu. Ji Dan meminta Sera berhenti mengatakannya bahkan itu bukan kenangan
yang bagus untuk diingat.
“Lalu..apa
kau tidak akan bernyanyi lagi?”
“Tidak
akan! Untuk apa? Setelah mendapat penghinaan didepan publik”
“Kenapa?
semua hal bisa terjadi dikehidupan ini”
Menurut
Ji Dan, Sera tak tahu apa-apa. Ialah yang gila, hanya karena orang-orang
mengatakan ia pandai bernyanyi. Ia jadi bermimpi untuk menjadi penyanyi.
“Sejujurnya,
siapa sih yang tidak bisa bernyanyi dijaman sekarang ini?” ujar Ji Dan putus
asa.
Tapi
lain halnya dengan Sera yang malah iri dengan orang yang pandai bernyanyi.
Kenapa tidak menyanyi saja? Bagi Ji Dan menyanyi itu tidak perlu suara merdu,
yang terpenting bernyanyi karena kau menyukainya.
Sera
setuju dengan itu dan meminta Ji Dan untuk tetap mengingatnya. “Bernyanyi
karena menyukainya”
Tiba-tiba
Sera berseru jika mereka mendapatkan banyak pelanggan. Ji Dan melongokkan
kepalanya melihat pintu masuk, ia bingung karena memang belum ada pelanggan.
Tapi lalu 4 orang pria masuk.
Mereka
berkomentar mengenai tempatnya yang ternyata lebih dari dugaan. Salah satu dari
mereka ternyata merayakan ulang tahun. Dan berencana merayakannya semalaman,
jadi mereka meminta diberikan banyak diskon.
Sera
setuju lalu mengantarkan mereka keruangannya.
Ji Dan
heran dengan Sera dan bertanya-tanya mungkinkah ia peramal?
Tiba-tiba
Sera keluar dari ruangan untuk mencari tamborin tanpa melewati pintu alias
tembus pintu. Ji Dan yang melihat terkejut apalagi saat Sera kemudian masuk
ruangan lain dengan cara yang sama.
Ia
bangkit dari kursi dan melihat kelorong dimana Sera masuk ruangan karaoke,
menunggu Sera keluar. Tapi lagi-lagi dikejutkan dengan tepukan dibahu Ji Dan
dari arah belakang. Membuatnya kaget setengah mati juga ketakutan, hampir saja
ia terjengkang. Untungnya Sera segera meraih tangannya sehingga ia tak
terjatuh.
Tunggu
next episode ^^………..
Komentar
:
Dalam
episode ini kita akhirnya ditunjukkan siapa sebenarnya gadis ‘part-timer’ (yang
biasa aku gunakan, mengingat belum tau namanya). Sesuai dengan judul episode
ini “putri sihir SERA”.
Sudah
dikonfirmasi jika Sera adalah arwah dari gadis yang terbujur koma dirumah
sakit. Saat ia mengingat nama Ji Dan sebagai kontestan dalam acara menyanyi
dimana ia dieleminasi, itu adalah gambaran TV diruangan rumah sakit.
Juga
ditambah dengan perkataan biksu ‘gadungan’ mengenai “Celah kecil antara
penderitaan didunia manusia dan surga-nya Budha” bukankah itu artinya kehidupan
yang berada dalam kondisi setengah hidup dan setengah mati it means “koma”.
Hanya
saja anehnya adalah Sera bisa memegang Ji Dan saat akan terjatuh, kalau arwah
harusnya gk bisa megang kan, lha wong gak padat :P
Saat
Sera meminta Ji Dan untuk mengingat bahwa menyanyi adalah karena memang
menyukainya, mungkin bisa dimaksudkan agar Ji Dan tidak putus asa. Meski
berkali-kali gagal, dengan mengingat itu mungkin bisa membangkitkan kembali
semangat untuk ia bernyanyi kembali.
Mungkin
Ji Dan memutuskan untuk bernyanyi karena mengingat penilaian orang-orang dimasa
ia kecil, walaupun sebenarnya awal ia menyanyi pastilah karena ia menyukainya.
Bukan karena ‘kata orang’ ia pandai bernyanyi.
Sama
seperti dalam episode 2, kali ini kita pun diingatkan untuk mengingat
alasan-alasan awal kita menyukai ‘suatu hal’ disaat kita mulai berputus asa
akan ‘suatu hal’ itu.
Seperti
Ji Dan.
Terima
kasih sudah membaca dan semoga berkenan untuk meninggalkan komentar ^^.
Bagi
yang tidak suka komentar saya, abaikan okay! ^^
Comments
Post a Comment
Mohon kerja samanya untuk tidak mengcopy-paste tulisan ini demi menghargai kerja keras dan pengorbanan waktu yang dimiliki author. Apabila ingin men-share tulisan ini cukup cantumkan link aktifnya tanpa menyertakan tulisannya.
Bagi semua yang sempat mampir blogku, harap tinggalkan komentar agar bisa membantu memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada.
Terima kasih semuanya *bungkuk 45 derajat*
Annyeong....