[Mohon kerja samanya untuk tidak mengcopy-paste tulisan ini demi menghargai kerja keras dan pengorbanan waktu yang dimiliki author. Apabila ingin men-share tulisan ini cukup cantumkan link aktifnya dan tidak meng-copy nya. Terima kasih sebelumnya.]
Note : gambar menyusul...^^
Ho Goo dan
Do Hee sudah berada dipantai. Mereka membuat benteng berbentuk kotak yang
akhirnya mereka duduki dibagian kosong ditengahnya. Do Hee kesal pada Ho Goo
yang menghentikannya, padahal mereka hampir saja mendapatkannya (memberi
pelajaran pada anak SMA itu). Ho Goo beralasan jika tinggal lebih lama, maka
mereka akan diseret ke kantor polisi. Itu membuatnya khawatir, juga mungkin Do
Hee akan jadi kata kunci nomor satu dalam mesin pencarian web.
Tapi Do Hee
heran kenapa Ho Goo tiba-tiba berteriak Seo Tae Ji. Apa dipikirnya anak jaman
sekarang akan tahu siapa Seo Tae Ji? Harusnya Ho Goo mengatakan IU atau EXO.
Aish …. Benar-benar.
Sambil
nyengir Ho Goo membenarkan, mungkin seharusnya begitu.
Ho Goo
takjub pada anak-anak SMA itu, mereka hebat karena bisa langsung mengenali Do
Hee tapi tidak tahu siapa Seo Tae Ji. Ia juga mengakui meski Do Hee sering
muncul di TV atau internet, tapi ia hanya berpikir Do Hee sebagai teman
sekelasnya. Dengan kejadian hari ini, Ho Goo akhirnya menyadari betapa
terkenalnya Do Hee. Jadi ia berpikir untuk lebih hati-hati lagi mengatakan pada
orang lain kalau Do Hee itu temannya.
Do Hee
mendengarnya terlihat sedih. Ia mengalihkan dengan menanyakan sojunya. Dan
memang benar, Ho Goo mengambil soju juga rokok yang mereka dapatkan dari
merampas anak-anak SMA tadi dari dalam tasnya. Do Hee mengajak Ho Goo minum.
Ho Goo
bertanya apa Do Hee pandai minum. Entah, mungkin bisa tahan minum. Ia tak
pernah minum sebelumnya.
Ho Goo tak
percaya, ia menuangkan bir sedikit pada tutup botolnya.
“Kebanyakan
teman akan minum beberapa bir saat mereka bertemu”
“Aku tak
punya teman” ujar Do Hee ketus.
Do Hee
merebut bir yang sudah dituang oleh Ho Goo lalu meneguknya. Setelahnya ia
terbatuk-batuk merasa aneh dengan rasanya serta bertanya-tanya bagaimana Ho Goo
bisa meminumnya. Ho Goo hanya tertawa melihat tingkah lucu temannya seperti
pertama kali minum, tapi ia juga tidak menolak ketika Do Hee minta dituangkan
lagi.
“Do Hee minum dua teguk soju hari itu…Dan
dia tak sadarkan diri “
Do Hee
berlarian dipinggir pantai seperti orang gila. Lalu ia terjatuh dan mengeluh
kesakitan secara berlebihan. Ia juga melepaskan semua sepatunya dan melemparkannya
hingga mengenai Ho Goo. Ho Goo berusaha menenangkan dan menyadarkan Do Hee tapi
tak mempan.
Do Hee
berlari kembali dan melihat kearah laut dengan kekaguman seorang yang tak
pernah pergi kepantai.
“Itu besar
sekali, itu air. Aku cinta air” seru Do Hee sambil melangkah memasuki air laut.
Ho Goo
buru-buru menyusul Do Hee dan menyeretnya kembali ke tepi. Ia berkata tak
seharusnya Do Hee berenang dilaut di malam hari, itu berbahaya. Do Hee yang tak
sadarkan diri karena mabuk merengek hampir menangis minta dilepaskan, ia ingin
berenang.
Saat sudah
agak tenang walaupun masih mabuk, Do Hee meracau bahwa ia tadi sudah begitu
dekat. Bahkan ia tak percaya, ia tak pernah memenangkan medali perak sekalipun.
“Dan….. dia terus berbicara tentang hal-hal
yang tak bisa kupahami”
Lalu Do Hee
memegangi soju dan rokok. Ia bertanya pendapat Ho Goo diantara keduanya yang
mana lebih berbahaya untuk tubuh. Ho Goo menjawab keduanya buruk, tapi mungkin
rokok lebih berbahaya. Do Hee memohon padanya untuk merokok didepan Do Hee
sekarang, hanya dengan cara itulah yang akan membahayakan tubuh Do Hee. Dengan
begitu sesuatu yang ada dalam tubuhnya akan menghilang karena itu menyakitkan
bagi Do Hee.
Dengan
terpaksa Ho Goo melakukannya karena tak tahan dengan rengekan Do Hee. ia mulai
menyulutkan korek api dibawah rokoknya. Belum sempat menyala, Do Hee sudah
merebutnya dengan marah sambil memukul kepala Ho Goo. Ia memaki Ho Goo yang bisa-bisanya merokok di depan Do Hee.
“Apa Ho Goo
tidak tahu apa yang ada didalam tubuh Do Hee saat ini? Dasar bajingan!” maki Do
Hee sambil memukuli Ho Goo.
Ho Goo
merasa ia hanya melakukan apa yang diminta Do Hee. Tapi kemudian pasrah dengan
kemarahan aneh Do Hee dan meminta maaf padanya. Ia juga mengusap air mata Do
Hee dan tak sengaja menemukan bulu mata yang tanggal. Ia menyuruh Do Hee
membuat keinginan. Ho Goo bercerita saat ia masih kecil, ia selalu
melakukannya. Membuat harapan sebelum bulu itu terbang, maka harapan itu akan
terkabul.
Do Hee
segera memegang tangan Ho Goo yang memegang bulu itu dan menundukkan kepala
untuk membuat permohonan dengan sungguh. Tapi bulu mata itu keburu terbang
sebelum Do Hee membuat permohonan. Do Hee bangkit dan mengejarnya tak rela
karena ia belum melakukannya (membuat permohonan).
Ia menangis sangat sedih sambil memohon untuk mengambil dan membawa sesuatu
dalam tubuhnya pergi bersama bulu mata itu. Do Hee sangat takut.
Ho Goo sedih
melihat Do Hee seperti itu walaupun dia tak tau alasannya. Ia menenangkan Do
Hee, memeluk dan menepuk-nepuk pelan bahunya.
Ia berkata bahwa semua akan baik-baik aja, tidak apa-apa. Jadi jangan
menangis.
“Do Hee menangis seperti itu untuk sejenak.
Seperti seorang anak kecil. Memohon agar sesuatu yang ada dalam perutnya
diambil. Jadi, selama ini Do Hee pasti menderita karena sembelitnya. Itulah
yang kupikirkan”
Do Hee
akhirnya berhenti menangis. Ia melepaskan diri dari pelukan Ho Goo. Sambil
menghapus air mata Do Hee, Ho Goo berkomentar jika Do Hee sekarang jadi
ingusan. Ia kemudian merengkuh wajah Do Hee dengan kedua tangannya. Menatap
dalam kedalam mata Do Hee, Do Hee perlahan balik menatap matanya juga.
Do Hee
bergumam itu seharusnya tak terjadi. Tapi Ho Goo membungkamnya dengan ciuman
singkat lalu melepasnya dan menatap Do Hee dalam-dalam . Memperhatikan
bagaimana reaksi Do Hee atas aksinya tersebut. Seolah menjawab pertanyaan yang
tak diucapkan, ia lalu mencium balik Ho Goo dengan ciuman yang lebih dalam
dibawah bayangan fajar, mentari pagi.
Aww……^^
Sekarang mereka
berada di stasiun kereta. Do Hee memberikan tiket untuk Ho Goo yang menunggunya
di kursi tunggu. Terlihat Ho Goo tak nyaman mungkin karena dompetnya hilang
jadi dibelikan oleh pelatih Do Hee. Ia berterima kasih pada Do Hee dan
memintanya menyampaikannya juga pada pelatih. Ia berjanji akan segera
mengembalikannya begitu sampai dirumah.
Tapi Do Hee
tidak mempermasalahkannya, lagipula pelatihnya menghasilkan banyak uang karena
Do Hee. Jadi ia minta Ho Goo tak perlu mengembalikannya. Ho Goo bertanya
kemungkinan Do Hee akan tinggal di Yeoso dan kapan ia akan kembali. Do Hee
mengakui jika ia akan melakukan operasi. Tentu saja hal itu membuat Ho Goo
terkejut.
Di kereta Ho
Goo duduk sendiri, ia melamun teringat kejadian di stasiun. Ho Goo membaca tes
kesehatan Do Hee dan bertanya-tanya apa
Hemorrhoids. Do Hee merampas kertas itu sambil menjelaskan bahwa itu
semacam kista kecil, jadi disingkirkan.
Do Hee
berkata ia mungkin akan sibuk kedepannya, ia terlihat agak gugup mengatakannya
sambil mengusap-usap baju diujung lengannya *semacam kebiasaan untuk
mensugesti/ menenangkan diri kyk yang dilakuin Ho Goo XD*. Akan ada pemeriksaan
lalu operasi. Ia juga harus segera pulih dan langsung menjalani latihan.
Sepertinya Do Hee gugup, jadi Ho Goo mengucapkan mantra yang biasa ia gunakan
untuk menenangkan Do Hee bahwa semua akan baik-baik saja. Begitu Do Hee
dioperasi, semua akan bersih. Jadi Do Hee tak perlu khawatir
Ragu-ragu Do
Hee bertanya apakah Ho Goo berfikir ia akan bersih setelah operasi. Ho Goo
berdiri mendadak, penuh keyakinan dan semangat ia menjelaskan bagaimana
pintarnya dokter-dokter jaman sekarang. Mereka bisa menyingkirkan kanker dan
memperbaiki seluruh wajah. Bahkan mereka bisa membuat jantung mekanik. Tentu
saja kista bukan masalah besar yang harus ditakuti kan??? *itu sih anggepan Ho
Goo, tapi ini kayaknya Do Hee hamil dan ia berencana untuk menggugurkannya.
Jadi masalahnya bukan takut tapi nurani …duileee..ee-ehm*
Do Hee
menariknya duduk kembali dan meyakinkan Ho Goo bahwa ia tentu saja tahu hal
itu. Disamping ia malu karena semua orang mungkin memperhatikan aksi Ho Goo.
Mereka
berpisah didepan kereta yang akan mengantarkan Ho Goo pulang. Ho Goo mendoakan semoga operasinya berjalan
lancar. Ia juga menasehati Do Hee untuk tidak terlalu cemas. Seakan tidak rela
berpisah begitu saja, ia bertanya-tanya kemungkinan ia bisa menjenguk Do Hee.
Tapi melihat reaksi Do Hee yang tidak mengiyakan ataupun menolak, akhirnya Ho
Goo mengambil kesimpulan bahwa mungkiin ia tidak bisa atau tidak boleh.
Lagipula pasti sudah ada wartawan dan pelatihnya. *aaah….urri Oppa ini positif
thinking banget, mikirin orang lain lebih dulu *hug*
Do Hee
memberikan medali perak yang ia dapat dari pertandingannya baru-baru ini. Ia
berpesan supaya Ho Goo mengembalikannya saat Natal nanti. Meski alasannya
karena tasnya berat juga ia membutuhkan waktu lama untuk menyelesaikan membaca
buku-buku komik yang dipinjam dari Ho Goo.
Jika
medalinya harus dikembalikan waktu Natal, bukankah artinya mereka harus bertemu
dihari Natal kan??
*itu sih
alesaaannya Do Hee,,, bilang aja gk rela pisah,,, trus pingin ketemu lagi…aaaah
gemes deh liat mereka. After kissing harusnya hubungan mereka ada sesuatunya ya
kan?kan? ^^.*
Dan itulah
kejadian yang membuat Ho Goo senyum-senyum sendiri didalam kereta saat
mengingatnya. Ho Goo menahan euforia nya karena masih dalam transportasi umum,
tapi mau tak mau penumpang di sebelah melihatnya aneh tingkahnya itu.
Masih disekitar
stasiun, Do Hee tak sengaja melihat ahjuma yang satu bus dengannya ada disana.
Sedang beraksi menabrak orang lain dan mengambil dompet orang itu. Dia hanya
melihatnya saja, bereaksi seolah ‘tuh kaaan…dugaanku benar tentang ahjuma itu’.
Ketika di toilet
mereka bertemu lagi *jodoh kali ya*. Do Hee menyindir ahjuma yang mulai bekerja
pagi-pagi sekali. Melihat Do Hee disebelahnya dan merasa terancam, ahjuma itu
melarikan diri. Tapi Do Hee bisa menghentikannya, lalu mendesaknya ketembok.
Ahjuma mencoba mengancam untuk melaporkan aksi Do Hee itu ke polisi. Tentu saja
itu bukan ancaman bagi Do Hee karena selain ahjuma itu tidak memiliki bukti
juga karena laporan itu pasti akan berbalik makan tuan.
Do Hee
menuliskan sesuatu ditelapak tangan ahjuma. Do Hee berkata tidak akan
melaporkan ahjuma dengan syarat ahjuma itu harus mengembalikan uang temannya
yang dicopet dibus ketika bertukar kursi dengan ahjuma. Dan itu sebesar 300ribu
won.
Do Hee juga
berkata harusnya ahjuma malu pada diri sendiri, karena saat ini bayinya sedang
melihatnya. Setelahnya mengatakan hal itu ia berlalu pergi meninggalkan ahjuma.
“Malu soal
apa?” teriak ahjuma yang menghentikan langkah Do Hee.
Dengan
menggebu-gebu serta mata berkaca-kaca ahjuma itu berkata jika ia tak malu
melakukan hal itu, pencopetan itu. Baginya yang seorang ibu tunggal tanpa
tempat bersandar ataupun keluarga, itulah yang bisa ia lakukan. Setidaknya
bayinya tidak sekarat karena kelaparan. Meski hidupnya kotor tapi ia akan
berusaha yang terbaik untuk bayinya.
Dan taukah
apa yang paling memalukan? Meninggalkan bayimu sendirian.
Do Hee
terpana mendengar kata-kata hebat dari ahjuma dan merasa akan runtuh sesaat
karenanya. (baca: Do Hee tersentuh dan hampir menggagalkan aborsi)
Ia berbalik pergi tapi lagi-lagi dihentikan
ahjuma yang mengenalinya sebagai perenang Do Do Hee. Dengan ramah dan senyum Do
Hee menawarkan tanda tangannya ke ahjuma.
Sesampainya
di Seoul, Ho Goo tidak langsung pulang kerumah melainkan kekantornya. Dengan
takut-takut Ho Goo meminta maaf pada Chung Jae karena datang telat dan mengajak
Chung Jae serta Tae Hee makan jika mereka belum makan. Ho Goo langsung mendapat tanggapan sinis dari
mereka yang asyik sibuk sendiri membicarakan pekerjaan tanpa mengacuhkan Ho
Goo.
Chung Jae
berkomentar bahwa mereka tidak perlu makan bersama. Lagipula menurut Tae Hee
mereka terlihat tidak seperti berteman. Mereka hanya rekan kerja. *Ha…. Ceritanya ngambek niih,,, atau jealous,,
atau……???*
“Aku bersama
seorang wanita semalaman” kata Ho Goo antara pasrah dan menanti reaksi
teman-temannya.
Mendengar
berita itu, Chung Jae dan Tae Hee serta merta bangkit dari kursi dan tiba-tiba
saja jadi antusias soal makan bersama.
Ditengah-tengah
makan dikedai, mereka hanya bisa melongo kaget dan tak percaya mendengar Ho Goo
bercerita mengenai ia sudah berciuman dengan seorang wanita. Sementara Tae Hee
bertanya menegaskan jika itu bukan hanya sekedar patukan dan benar-benar
ciuman, Chung Jae malah meragukan keaslian dari jenis kelaminnya. Apakah
benar-benar wanita yang mempunyai kaki dan tangan serta bisa bicara, bukan….
Dengan mempraktekan membentuk dada yang besar aka payudara, Chung Jae kembali
menegaskan kebenaran akan hal itu, bahwa itu benar-benar seorang wanita, wanita
sungguhan. *aah…dasar omblo sejati >.< errr*
Ho Goo membenarkan tapi ia tak bisa mengatakan
wanita itu siapa karena mereka belum resmi pacaran. Lagipula Ho Goo juga
memikirkan tentang situasi wanita itu.
Tae Hee
kembali membahas tentang ciuman. “Bagaimana rasanya?”
“Rasanya
seperti lebah berbisik ditelingaku” ujar Ho Goo melamun sambil senyum-senyum.
Yang langsung mendapat pandangan iri dari Chung Jae maupun Ho Goo.
Mereka
berdua langsung berteriak memanggil pemilik kedai untuk menambah pesanan. Chung
Jae berkata bahwa hari ini Ho Goo yang harus bayar karena (ciuman) itu seperti
hadiah undian.
Tapi Tae Hee
masih penasaran apa maksudnya lebah berbisik ditelinga. Apakah rasanya seperti
saat telinga ditiup? Sambil meniup telinga Chung Jae sampai akhirnya dia kena
tamparan. Tapi Chung Jae tidak berani melanjutkan omelannya karena melihat otot
bisep Tae Hee.
Pulang
kerumah, Ho Goo mengendap-endap membuka gerbang takut didengar keluarganya.
Tapi ia begitu dikejutkan dengan spanduk besar yang menggantung didepan
kamarnya, bertuliskan “Kang Ho Goo, selamat untuk malam pertamamu diluar”. Ho
Goo tersenyum bahagia sekali.
Do Hee
mendatangi sebuah klinik dipinggir pantai, disitu terlihat papan bertuliskan
‘Seo Tae Ji’. *Ha…jadi keinget insiden sama anak SMA XD*
Do Hee
menarik nafas dalam-dalam menguatkan diri lalu masuk klinik tersebut. Di dalam
terlihat sepi sekali karena hanya ada seorang nenek yang menjaga di depan,
itupun sambil terkantuk-kantuk. Bahkan Do Hee harusnya memanggilnya beberapa
kali.
Do Hee langsung
dipersilahkan masuk keruang dokter karena memang tidak ada antrian sama sekali.
Seorang
dokter laki-laki yang sudah agak tua melakukan pemeriksaan USG pada Do Hee. Ia
berkomentar Do Hee yang tidak peka karena sekarang usianya sudah 13minggu. Jika
memang Do Hee ingin mengaborsi, ia menyarankan untuk dilakukan secepatnya. Do
Hee beralasan jika menstruasinya cenderung tidak menentu, tanpa menjawab kapan
ingin aborsi itu dilakukan.
Do Hee
melihat layar monitor dan berkomentar tentang janinnya yang terlihat sangat
kecil. bahkan tampak seperti beruang. Sang dokter menyarankan untuk tak
melihatnya jika ingin diaborsi.
Do Hee
lagi-lagi mengalihkannya dengan menanyakan kembali nama dokter itu apakah benar
‘Seo Tae Ji’. Tentu saja! Sang dokter menunjukkan papan nama dimejanya.
Memangnya kenapa? Apakah ada ‘Seo Tae Ji’ lain? Do Hee membenarkan, bahkan ia
bertanya tak percaya dokter itu tidak tahu ‘Seo Tae Ji’ penyanyi terkenal
itu.
Dokter ‘Seo
Tae Ji’ melihat note dimejanya, berisi tulisan juga logo kantor pengacara Byung Kang Chul. Ia berkomentar
pasti karena note itu Do Hee dirujuk kepadanya.
“Jadi, kapan
kau akan melakukan operasinya?”
“Dokter,…kemarin
aku minum soju 2 teguk. Rasanya aku minum sesuatu yang sia-sia” ujar Do Hee
sambil terus memandangi bunga sakura diiluar jendela.
*bukankah
ini jawaban Do Hee yang artinya ngebatalin aborsi??...yaaa itu bagus…*
Beberapa
bulan telah berlalu dan musim telah berganti. Meski Ho Goo masih melakukan
kegiatannya seperti biasa tapi ia tidak lupa tentang janji bertemu dengan Do
Hee dihari Natal. Selama ini ia mencoba untuk terus mengirim pesan tapi tak ada
balasan. Ia juga ingin menelpon tapi ia tak melakukannya, bagi Ho Goo mereka
sudah berjanji untuk saling bertemu. Menurutnya itu berarti hanya menunggu dan
tidak saling menghubungi sampai hari itu tiba.
Tapi
bagaimanapun Ho Goo tetap khawatir hingga ia berandai-andai jika operasinya
tidak lancar atau penyakitnya ternyata besar. Dia tidak punya cara untuk mengetahuinya,
bahkan tidak dari media sekalipun, seolah Do Hee menghilang.
Ho Goo
teringat kembali percakapannya di stasiun tentang penyakitnya Do Hee tersebut.
Ia buru-buru masuk kamar adiknya, Ho Kyung untuk mengkonfirmasinya. Apakah
adiknya tau apa ‘Hemmorhoid’, apakah itu semacam kista kecil?
Ho Kyung
berkata jika ia pernah melakukan operasi
itu tahun lalu. Ho Goo merasa tercerahkan, karena artinya Do Hee akan
baik-baik saja setelah operasi.
Tapi esoknya
ketika naik kereta, ia duduk cemberut. Mungkin sih ya… bertanya-tanya alasan
kenapa Do Hee tak menghubunginya, apalagi ia yakin Do Hee baik-baik saja
setelah melihat adiknya. Lagipula mereka pernah kissing-deep kissing, bukankah
seharusnya mereka punya hubungan? Entahlah,
Ho Goo galau… Meski begitu dia gak lupa untuk menjadi baik hati seperti
biasa, ketika ada seorang nenek yang berdiri dia langsung memberikan kursinya
untuk si nenek.
Ho Goo duduk
dipinggir lapangan, menunggu pelatihnya Do Hee. Ia memberi isyarat bahwa dialah
yang menelpon pelatih. Pelatihnya memastikan Ho Goo adalah teman Do Hee, ia
juga menanyakan dimana Do Hee. Tapi Ho Goo merasa pertanyaan itu ia yang pantas
menanyakannya.
Karena
sama-sama tidak tahu dimana Do Hee, pelatih hanya menghela nafas kesal. Pada
akhirnya pelatih malah curhat pada Ho Goo, bagaimana Do Hee melakukan apapun
yang ia mau. Padahal hanya operasi hemmorhoids, tapi Do Hee mengemasi semua
barangnya dan menghilang berbulan-bulan tanpa kabar apapun setelahnya. Dan
hanya berkata akan kembali setelah hari Natal, memangnya Do Hee itu Santa
Claus??
Ho Goo
setuju dengan pelatih. Lagipula operasi hemmorhoids tidak butuh waktu sampai 6
bulan. Dengan pandangan kosong ia menambahkan jika Santa tidak akan datang
setelah Natal, harusnya datang sebelum Natal. Ia juga mendengar Dr. Shubai Cha
hanya merawat orang berpenyakit Lepra. Mendengar itu pelatih hanya melihat aneh
kearah Ho Goo.
Lalu Ho Goo
tersadar jika ia mau mengembalikannya uangnya. Ia menjelaskan bahwa pelatihlah
yang waktu itu memberikan pinjaman ketika ia kehilangan uang bersama Do Hee di
Yeoso. Mendengar hal itu semakin membuat pelatih curiga melihat Ho Goo. Ia
bertanya-tanya benarkah Ho Goo yang pergi ke Yeoso bersama Do Hee.
Pelatih lalu
menasehati Ho Goo untuk tidak membodohi diri sendiri dengan berfikir bahwa Ho
Goo dan Do Do Hee ada sesuatu. Bagaimanapun Do Hee bukan tipe orang yang bisa
melakukan sesuatu dengan orang seperti Ho Goo. Dia adalah sebuah harta
nasional. Pasti Ho Goo tau bagaimana kehidupan sebuah harta kan? Ehmm…tidak
perlu dijelaskan, banyak pria yang akan dipukulnya. Apa Ho Goo pikir bisa mengatasinya?? Lalu ia
bangkit dan pergi meninggalkan Ho Goo setelah memastikan jumlah uangnya tepat.
*maksudnya
Do Hee adalah pribadi yang tangguh, seorang atlet nasional yang sudah tentu
akan dengan mudah mendapatkan pria yang lebih baik, jauh lebih baik dari Ho
Goo. Bisa dibilang Ho Goo bukanlah apa-apa, apalagi melihat tampilan Ho Goo
juga sikapnya, bisa dibilang Ho Goo bukanlah pria yang diinginkan. *
![]() |
"Rasanya seperti aku ditikam" |
"Saat momen yang paling indah. Tapi….kenapa dia ingin menemuiku di hari Natal?"
Seorang ibu hamil masuk gerbong, dan seperti biasa Ho Goo yang baik hati bangkit dari duduknya dan mmberikan kursinya untuk si ibu hamil. Tanpa melihat siapa si ibu, dia berpindah ke dekat pintu.
*itu kan Do Hee.....selalu deh yaa.... Ho Goo ini gak peka sekitar. Persis kejadian di tempat rental buku-buku komik dulu....errrrr....*
![]() |
"Bagaimanapun….mungkin lebih baik terbangun dari mimpimu" |
![]() |
"Kurasa aku terbangun….tapi ini masih dalam mimpi. Meski aku ingin terbangun dari mimpi, tak peduli seberasa keras kucoba, aku tak bisa" |
![]() |
"Ada mimpi seperti itu. Apa orang…menyebutnya dengan mimpi buruk?" |
Sampai jumpa
next episode …………..^^
Vtinccerniste Tyler Totten click here
ReplyDeletediscifope