[Mohon kerja samanya untuk tidak mengcopy-paste tulisan ini demi menghargai kerja keras dan pengorbanan waktu yang dimiliki author. Apabila ingin men-share tulisan ini cukup cantumkan link aktifnya dan tidak meng-copy nya. Terima kasih sebelumnya.]
Note: gambar menyusul ^^
Di rumah, Chung Jae masih membahas mengenai lampu hijau seorang wanita. Ibu dan Ayah Ho Goo sudah bergabung. Ibu beranggapan bahwa pantai adalah babak terakhir permainan. Bahkan ibu dan ayah juga begitu hingga pada akhirnya menikah. Walaupun menurut Ho Kyung sebenarnya ayahlah yang menginginkan pergi kelaut dan ibu yang berinisiatif membawanya kelaut. Ponsel Ho Kyung berbunyi, ia segera masuk kamar untuk menerima telpon.
Chung Jae masih tidak mengerti bagaimana pergi kelaut bisa disebut
kencan. Lalu Ibu melanjutkan penjelasannya walaupun ia yakin untuk orang
setingkat Chung Jae tidak akan paham sekalipun. Poin terpentingnya bukan karena
pergi ke pantai, bahkan jika hanya ke hutan dibelakang rumah sekalipun yang
harus dilakukan adalah menghabiskan malam bersama,maksudnya tidak pulang
kerumah. Chung Jae hanya bisa bengong
mendengarnya. (LOL)
Sementara Ho Kyung yang sudah selesai dengan telponnya keluar kamar
lemas. Ia memanggil ayahnya dan berkata jika ia menerima telpon dari Ho Goo.
Ayah meminta Ho Kyung menceritakan apa yang dikatakan Ho Goo tapi Ho Kyung
hanya memanggil-manggil Oppa…Kang Ho Goo… saja sampai membuatnya ibunya
berteriak kesal. Ho Kyung sesak nafas, seakan
tidak bisa mengatakannya dan hanya terus menerus memanggil kakak tertuanya.
Chung Jae yang masih disitu
terlihat kaget dan menduga-duga Ho Goo kecelakaan mobil. Tak ayal Ayah dan ibu langsung panik mencari
kunci mobil, bergegas keluar rumah diikuti Chung Jae. Ibu sudah membuka pintu
ketika Ho Kyung kembali berkata “Oppa….Kang Ho Goo…..kakakku….Tidak akan pulang
ke rumah malam ini”
Mereka akhirnya bernafas lega meski terkejut dengan berita itu.
Yang mereka bicarakan, Ho Goo sedang berada diloket membeli tiket bus
untuk pergi ke Yeoso dengan Do Hee. Setelah mendapatkannya ia kembali ke tempat
duduk Do Hee, menawari makan atau minum tapi semua ditolak Do Hee. Ho Goo lalu
pamit untuk membeli air minum. Ia berjalan biasa tapi sedikit (digagah-gagahin) *ehh...bahasa apa ini, smoga ngerti XD* menuju market
yang tak jauh dari situ, meski ia sebenarnya langsung menuju toilet pria dan
duduk lemas bersandar tembok. Ho Goo bingung dan panik karena tak menyangka
akan pergi sama Do Hee. Berkali-kali ia mensugesti dirinya sendiri untuk fokus dan mengendalikan pikirannya.
Seorang pria yang juga ada disitu lalu memberikan kartu namanya “[Pria
Sesungguhnya]” pada Ho Goo sambil menepuk-nepuk bahunya. Entah apa maksudnya,
tapi Ho Goo tetap menerimanya sambil melongo tak mengerti. Ponselnya berbunyi,
telpon dari Ho Kyung.
Ho Kyung bertanya dimana
kakaknya berada, juga apakah ia bersama seorang wanita? Tentu saja dijawab
tidak oleh Ho Goo, meski percuma karena Ho Kyung yakin jika Ho Goo memang
bersama wanita. Tanpa menghiraukan omongan Ho Goo, ia menasehati Ho Goo untuk
tidak melakukan hal-hal yang akan dilakukan Ho Goo. Kenapa?
Karna, ketika Ho Goo ingin melakukan sesuatu maka biasanya Ho Goo akan
menghabiskan banyak uang. Chung Jae yang sejak awal disamping Ho Kyung tidak
setuju dengannya, tapi Ho Kyung tetep keukeuh. Menurutnya jika Ho Goo bisa
melewati tahap pertama ini, selanjutnya ia akan baik-baik saja.
Dan benar saja, bukannya menuruti nasehat Ho Kyung, malah sekarang Ho
Goo sudah berada di mesin ATM hendak mengambil semua uangnya yang yang sebesar300ribu won.
Kini Ho Goo dan Do Hee sudah duduk dalam bus menuju Yeoso, mereka
terdiam canggung. Seorang ibu menjatuhkan botol susu anaknya. Seperti biasa Ho
Goo yang baik hati mengambilkannya, bahkan sempat menggosokkan botol itu ke
lengan bajunya untuk menghilangkan kotoran yang menempel. (Duh….baik banget
oppa satu ini ^^)
Ho Goo mengulurkan seat belt pada Do Hee, memintanya untuk mengenakan
sabuknya. Lalu dia seakan teringat nasehat Ho Kyung.
Dalam bayangannya, Ho Kyung berkata sambil diiringi musik jaman
Joseon, bahkan mereka mengenakan atribut pakaian yang mencerminkan pakaian
jaman dulu. (Ho Kyung pake kipas yang dimiringin diatas kepala seolah ia
Gisaeng, Ibu menggunakan rak jemuran sebagai Gayageum, Ayah meniup toples
berisi centong sayur sebagai seruling, dan Chung Jae pake topi Samo sambil
memukul wadah sebagai gendang)
“Hal-hal yang tidak boleh kau
lakukan saat menghabiskan malam dengan seorang gadis. Nomor satu : Tutuplah
mulutmu. Jika kau ingin melakukan sesuatu untuknya, jangan bertanya, lakukan
saja. Tidak ada gadis yang suka saat pria mencoba berbicara padanya. “
Merasa tercerahkan oleh nasehat Ho Kyung, Ho Goo lalu menarik
sabuknya untuk dipasangkan diperut Do
Hee tapi tidak bisa karena terlalu pendek dan tidak menjangkau sisi lain tubuh
Do Hee. Do Hee melihat aneh pada apa yang dilakukan Ho Goo jadi dia bertanya
apa yang sedang Ho Goo coba lakukan. Ho Goo bingung mau menjawab apa, ia
menunjukkan sabuk yang ditarik-tariknya sejak tadi. Do Hee paham, lalu
menunjukkan perutnya yang sudah terpasang sabuk pengaman. Merasa malu, Ho Goo
lalu memasang sabuk pengaman yang ternyata adalah miliknya. (LOL)
Seorang ibu yang sebelumnya menjatuhkan botol susu, terantuk kedepan
hampir jatuh jika Ho Goo tidak menahannya. Ia teringat kembali dengan perkataan
Ho Kyung. Membayangkan Ho Kyung dan Chung Jae menari sambil bernyanyi lagu hip
hop, bahkan mereka mengenakan atribut ala penyanyi hip hop. Ibu dan ayah juga
ikut menari jauh dibelakang mereka.
“Hal kedua yang tidak seharusnya
kau lakukan saat bersama seorang gadis, yo. Lihatlah, yo! Jangan pernah biarkan
dia merasa bosan. Pastikan dia merasa senang, yo yo yo.”
Ho Goo menggelengkan kepalanya tersadar, ia lalu menawarkan untuk
mendengarkan musik pada Do Hee. Do Hee setuju. Ia mengeluarkan MP3 dan
memberikan salah satu earpiecenya pada Do Hee dan satu untuknya. Musik mulai
mengalun lembut. Mereka mendengarkannya sambil tersenyum.
Do Hee berkata jika ia menyukainya. Ho Goo juga.
Dirumah, ayah dan ibu berdansa diiringi lagu itu sambil membawa-bawa
lampu tidur. (cieee…biar romantis, tapi emang romantis sih ayah-ibu ini ^^)
Ayah khawatir akankah Ho Goo melakukannya dengan baik. Ibu yakin Ho Goo bisa
karena ia mewarisi sifat ibunya (err….mewarisi sifat apa?? XD)
Ayah berharap Ho Goo tidak melakukannya seperti binatang, sekali lagi
ibu yakin Ho Goo tidak akan seperti itu. Karena ia mewarisi ayahnya.
Sementara di rooftop, Chung Jae berteriak iri pada Ho Goo yang
beruntung. Ia merasa Ho Goo akan melepaskan status jomblo malam ini. Tapi Ho
Kyung tidak sependapat, ia meremehkan Ho Goo yang mungkin tidur duluan. Lalu
menyuruh Chung Jae untuk menunggu dan melihat bagaimana esok.
Benar saja, Ho Goo tertidur di tempat duduk belakang menggantikan ibu
yang menggendong bayinya. Sementara Do Hee masih mendengarkan musik ditempatnya
semula, disampingnya ada ibu itu yang tertidur menjatuhkan kepalanya dibahu Do
Hee.
Bus tiba di terminal Yeoso, Ibu tadi meminta maaf pada Do Hee karena
dirinya Do Hee tak bisa duduk disamping kekasihnya. Ho Goo tersenyum malu-malu
sambil meilirik Do Hee, ia membatah mereka berpacaran. Tapi ibu itu tak percaya menurutnya semua
orang akan bilang ‘teman’ ketika baru memulainya (dalam masa PDKT).
Si ibu melihat wajah Do Hee dan berkomentar jika kekasih Ho Goo mirip
sekali dengan atlet renang Do Do Hee yang selalu memenangkan medali perak. (Gak
tau nih si ibu, itu kan emang Do Do Hee). Do Hee terlihat kesal meski
mengiyakan perkataan si ibu. Si Ibu membual jika ‘Do Hee’ kampung halamannya di
Yeoso, bahkan mengatakan jika mereka tinggal dikomplek apartement yang sama. Ia
memuji kekasih Ho Goo terlihat lebih cantik dari Do Hee. Do Hee hendak
membantah omongan si ibu. tapi Ho Goo segera menghentikannya karena takut
ketahuan jika Do Hee ini memang atlet renang yang sedang dibicarakan.
Tak sengaja dompet yang dipegang si Ibu terjatuh. Ho Goo
mengambilkannya. Ibu pamit pergi duluan. Setelah itu Ho Goo berkomentar jika
dompet ibu tadi mirip sekali dengan miliknya. Sementara Do Hee masih tidak
terima atas bualan ibu itu.
Mereka naik taxi menuju pantai. Do Hee mengeluarkan kepalanya di
jendela sambil berteriak-teriak layaknya anak kecil. Ho Goo hanya tersenyum
saja, sedangkan pak sopir khawatir Do Hee kedinginan jika terus seperti itu.
Tapi Do Hee malah menantang, Kenapa tidak?
Pak sopir berkelakar apa artinya udara dingin saat remaja dimabuk
cinta? Ha.
Lagi-lagi Ho Goo membantah jika mereka berkencan, tapi diabaikan oleh
mereka. Do Hee seolah membenarkan dan berkata jika diluar rasanya seperti musim
panas. Lalu pak sopir menanyakan pendapat Ho Goo mengenai itu. Ho Goo malu-malu
menyetujuinya.
Menurut pak sopir mereka terlihat sangat senang. Ia menawarkan untuk
menyanyikan sebuah lagu. Ia mulai bernyanyi diikuti Do Hee yang menirukannya.
Ho Goo lalu berbisik meminta pak sopir untuk melajukan mobil lebih kencang. Pak
sopir mengomentari Ho Goo yang terlihat ingin memenangkan hati seorang wanita.
Maka ia akan melakukannya (melajukan mobil lebih kencang).
Mobil melaju kencang diiringi teriakan norak Do Hee yang melihat sisi
jalan terheran-heran dan bertanya-tanya kapan bangunan-bangunan itu dibangun.
Argo taksi menunjukkan angka 33.360 won, Ho Goo melihatnya shock. Lalu meraba
saku celananya mencari dompet tidak ketemu. Ia panik dan mulai mencari-cari
diseluruh saku, tas juga bawah tempat duduknya, tetap tak ada. Do Hee heran
melihatnya, ia bertanya ada apa. “Dompetku hilang”
Srrrtt……Mobil direm mendadak. Pak sopir membiarkan mereka mencari bersama-sama.
Setelah itu Do Hee menyadari sesuatu, bukankah Ho Goo tadi bilang kalau dompet
milik ibu-ibu tadi mirip dengan miliknya. Sudah pasti itu copet. Do Hee lemas
mengetahui kenyataan itu. Melihat Ho Goo tidak percaya kemungkinan ibu itu
pencopet karena ia memiliki bayi, Do Hee lalu berkata “Apa pencuri tidak punya
bayi? Apa guru tidak bisa buang kotoran? Aish…Kau ini bukan anak SD”
Ho Goo menghentikan Do Hee saat ia menyadari gelagatnya yang akan
membayar. Baginya prialah yang seharusnya membayar. Do Hee berkata bahwa orang
yang punya uanglah yang membayar. Pak sopir yang tidak mau rugi pun setuju
dengan pendapat Do Hee. Uang tidak
seharusnya jadi masalah besar saat berkencan, itulah yang jadi masalah dalam
masyarakat selama ini. Orang seharusnya tahu bagaimana menjadi romantis.
Romantis dan penuh kasih sayang. Dengan begitu dunia menjadi indah. Ia juga
menasehati mereka supaya tidak bertengkar karena uang.
Setelah lama mencari, Do Hee menatap Ho Goo kaget dan sedih ternyata
dompetnya juga tidak ada. Artinya mereka berdua sama-sama kecopetan. Mendengar
itu pak sopir menjatuhkan kepalanya diatas kemudi. Lalu ia bangkit, melototi
mereka dari kaca depan. “Penumpang yang terhormat…….Kalian menempatkanku dalam
situasi sulit jika begini”. (hihi…serem .. XD…)
Di kedai, Tae Hee dan teman-temannya melanjutkan ronde kedua reuni
mereka, mereka sudah mulai mabuk. Young Bae bertanya keberadaan Ho Goo pada Tae
Hee. Ia tak percaya semua orang menganggap reuni sekolah Mansae hanya dianggap
lelucon. Yang satu kabur dan yang lainnya tertidur. Ia menyalahkan Byun Kang
Chul sebagai ketua sekolah yang menyebabkan mereka semua terpisah. Young Bae
menelpon Kang Chul.
Salah satu dari ketiga ponsel itu berbunyi. Gong Mi yang tertidur
diatas meja mengangkat telpon, berkata ramah “Selamat datang di firma hukum Gap
and King”. Suara diseberang telpon berteriak memanggil Kang Chul, suara Young
Bae.
Masih dengan mata terpejam Gong
Mi menyahut “Byung Kang Chul? Ya, bajingan ini adalah ketua sekolah. dan anda
ingin tahu kenapa dia tidak pergi ke acara reuni sekolah kan? Akan saya
sampaikan saat dia datang bekerja. Hati-hati, jangan minum terlalu banyak.”
Begitu telpon ditutup, Gong Mi bangkit berdiri kesal dan marah. Ia meraih surat-surat dan mengetuk pintu
kantor Kang Chul dengan keras.
Gong Mi lalu membuka pintu dengan kesal tapi kemudian tersenyum ramah
pada Kang Chul. Ia memanggil Kang Chul berkali-kali tapi tidak dijawab hingga
akhirnya ia berteriak. Baru Kang Chul mau mendongakkan kepalanya dan mematikan
musik yang diputar dengan kencang. Ia menanyakan tujuan Gong Mi.
Gong Mi memberikan surat-surat yang diterima hari ini dan melaporkan
telpon-telpon yang masuk mencari Kang Chul. Bahkan telpon dari teman sekolahnya
sampai 4 kali. Kang Chul memisahkan surat-surat itu dalam kategori merah,
kuning, dan hijau. Ia meminta Gong Mi memasukkannya dalam kotak sesuai
kategorinya.
Kang Chul heran pada Gong Mi yang belum pulang padahal sudah larut malam.
Sambil menahan kesal, Gong Mi menjelaskan bahwa ia sudah memberikan laporannya
dari 4 jam yang lalu tapi bosnya itu tidak mau mendengarkan sampai pekerjaannya
diselesaikan. Jadi ia menunggu hingga tertidur. Tanpa merasa bersalah Kang Chul
menyuruhnya pulang. Gong Mi hanya bisa mendelik kesal dan mengiyakannya saja.
Ia lalu teringat sesuatu dan mengambil note dibalik jaketnya dan
memberikannya pada Kang Chul. Sebuah nomor telpon dari seorang mantan pacar.
Kang Chul menandai merah pada notes itu lalu memutar musiknya kembali dan
menghadap layar monitornya kembali.
Young Bae masih marah karena telponnya diterima oleh sekretaris Kang
Cul. Tae Hee penasaran apakah Kang Chul benar-benar seorang pengacara?
Teman lainnya membenarkan, bukan hanya seorang pengacara biasa. Tapi
pengacara yang sangat sukses dengan gaji jutaan. Young Bae merasa akhirnya ia
bisa melihat perbedaan kalangan atas dan kalangan bawah. Tae Hee tak percaya
Young Bae baru menyadarinya. Ia meratap sedih pada kenyataan Kang Chul
yang selalu diatas, sementara mereka
terlahir untuk berada diujung, dibawah.
Ho Goo dan Do Hee berjalan menyusuri jalan diatas jembatan. Mereka
akhirnya ditendang keluar dari taxi. Ho Goo ngedumel tak percaya pak sopir bisa
melakukan hal seperti itu. Tapi Do Hee tak mempermasalahkannya dan berkata jika
ia ingin minum.
Ho Goo merogoh saku dan menemukan uang
500won. Ia menoleh kearah Do Hee yang kesakitan sambil memegang
perutnya.
“Do Hee-ah, kau kenapa? Apa kau mau BAB?” (*huft….. Bisa aja kepikiran
gitu. Aku sih pasti gk punya pikiran menjurus kesana. Ha ha ha)
Do Hee berteriak kesal pada Ho Goo yang masih bisa bercanda disaat
seperti sekarang. Tapi Ho Goo serius, menurutnya Do Hee selalu kesusahan saat
sekolah karena sembelit. Do Hee semakin mendelik tak percaya saat Ho Goo masih
mengingatnya. Ia menyalahkan Ho Goo atas semua hal yang terjadi. Mereka
kecopetan karena Ho Goo menukar tempat duduknya. Do Hee meratap jika ia membutuhkan uang itu.
Ho Goo merasa bersalah, ia bertanya berapa uang Do Hee yang ada didompet itu.
Sekitar 30ribu won. Ho Goo berkata miliknya 300ribu won. Do Hee berteriak kaget.
Ho Goo bercanda bagaimana bisa membeli pulau dengan uang 300ribu won.
Sepasang kekasih anak SMA yang masih memakai seragam melewati mereka.
Kekasihnya bertanya pada gadis itu apakah ia tidak kedinginan (yang jadi si
gadis nama aslinya Do Hee, dipanggil ‘Do Hee asli’ aja yaa). ‘Do Hee asli’
menjawab tidak, ia lalu menanyakan balik pada kekasihnya itu. Kekasihnya
membual jika ia tidak akan kedinginan selama bersama ‘Do Hee asli’. Tiba-tiba
kekasihnya jongkok dan meminta ‘Do Hee asli’ untuk naik punggungnya *piggyback
^^.
Ho Goo dan Do Hee memperhatikan mereka dengan tertarik. Pada awalnya
‘Do Hee asli’ tidak mau tapi akhirnya ia naik juga. Kekasihnya menggoda ‘Do Hee
asli’ bahwa ia merasa berat sekali. ‘Do Hee asli’ cemberut, ia bertekad akan
diet ketika mereka pergi kuliah dan berencana untuk mengabaikan kekasihnya itu.
Kekasihnya membalas dengan cara menghasilkan banyak uang lalu mencampakkan ‘Do
Hee asli’. ‘Do Hee asli’ memanggil Gi Jae (aaah… ketahuan juga namanya J ). Ia berharap Gi Jae
tidak menjadi kaya, dan ia juga tidak akan menjadi kurus. Gi Jae membenarkan,
tentu saja … ia akan jadi pengemis sementara ‘Do Hee asli’ jadi babi.
Do Hee berpendapat mereka manis sekali. Apapun yang dilakukan di usia
itu manis. Ho Goo membenarkan.
“Benar, manis. Kau sangat manis apapun yang kau lakukan. Kau sangat
manis, Do Do Hee”
Ia mengatakannya seolah tanpa sadar jika ia sedang bersama Do Hee.
Flashback
Di masa SMA, Do Hee yang mengenakan pakaian olahraga sedang melakukan
pemanasan dengan memutar-mutar pergelangan kakinya. Ia juga menguncir rambutnya
yang semula tergerai. Semua anak laki-laki yang melihat terkagum-kagum padanya
tidak terkecuali Ho Goo. Guru olahraga datang dan mengumumkan jika hari ini
mereka akan bermain menendang bola. Ia meminta ketua kelas, Bae Young Bae untuk
memilih kelompoknya.
Kelompoknya berteriak menyemangati Young Bae. Ia lalu menendang
bolanya yang langsung bisa ditangkap oleh Do Hee sebagai penjaga gawang. Mau
tidak mau Young Bae ‘out’.
Bola kembali ditendang namun lagi-lagi Do Hee bisa menangkapnya.
Begitu seterusnya. Salah satu kelompok Young Bae berkata bahwa Do Hee tidak
hanya cantik tapi juga mahir dalam olahraga.
Flashback End
Di kantornya Kang Chul masih serius bekerja mengetik dikomputernya.
Sekretaris Gong Mi membuka pintu kantor Kang Chul untuk berpamitan pulang meski
dirasa Kang Chul ia tak perlu mengatakan padanya. Gong Mi menambahkan jika
mantan pacar Kang Chul sangat cantik, tapi kenapa bisa putus?
Kang Chul berhenti mengetik dan terdiam membayangkan masa lalu.
Flashback
Do Hee menendang bolanya dengan keras sehingga melambung tinggi dan
jauh. Itu memberikan banyak waktu bagi anggotanya untuk berputar (kayak maen
bisbol, tapi ini pake bola besar). Ho
Goo sudah tiba di pos selanjutnya, sedangkan Tae Hee malah terjatuh sebelum
tiba di posnya. Tae Hee akhirnya out.
Do Hee kesal, ia lalu memerintahkan anggota dalam kelompoknya agar
berlari cepat. Ia mengintruksikan arah mana yang sebaiknya mereka tuju sambil
menunjuk-nunjuk anggotanya gemas. (Dan keluarlah sisi yang sebenarnya alias sisi
menyebalkan dari Do Hee padahal biasanya dia cantik, anggun dan dingin.) Semua
siswa merasa tak percaya melihat sikap Do Hee. Apalagi saat Do Hee shooting
bola dan berkali-kali pula bola terlempar jauh hingga home run. Bahkan guru
olahraga hanya bisa melongo tak percaya.
Saat Do Hee berlari atas kemenangannya sambil membuka jaket dann
terlihat hanya bra olahraganya saja, semuanya kembali bengong. Lalu Do Hee
menyadari semua temannya terdiam melihat aksinya. Ia berseru tak percaya mereka
baru melihat bra olahraga. Ia lalu memakai jaketnya kembali dan berlalu dari
sana seolah tidak terjadi apa-apa.
Terlihat Kang Chul melewati lapangan dan melihat kepergian Do Hee.
Flashback End
Gong Mi kembali bertanya alasan Kang Chul putus karena menurutnya Do
Hee sangat cantik. Tapi Kang Chul berpendapat jika mantan pacarnya itu menakutkan.
Ia tak mau menjelaskan maksudnya dan hanya menyuruh Gong Mi segera pulang.
Ho Goo berjalan tertatih-tatih kelelahan menaiki tangga, sementara Do
Hee masih terlihat segar bugar seolah itu bukan masalah baginya. Ho Goo
mengeluh, ia bertanya apakah tidak hal lain yang bisa dilakukan selain jalan?
Misalnya duduk sambil mengobrol, itu akan bagus sekali. (dasar payah, lemah yo..*ala rap BiJuu XD) Tapi keluh kesahnya terhenti saat ia melihat pemandangan yang ada
didepannya. Ia mengakui jika sebelumnya ia tak pernah menyadari betapa indahnya
pemandangan malam kota jika dilihat dari kejauhan seperti ini.
Do Hee membenarkan perkataan Ho Goo. Itulah kenapa semua orang
bersusah payah datang kesana hanya untuk melihat pemandangan indah dari jauh. Biasanya memang indah dilihat dari jauh, jika
dekat semua terlihat kotor. Do Hee mengatakannya sambil memandang jauh kedepan
seolah ada maksud lain dari perkataannya.
Tiba-tiba pandangannya jatuh pada pasangan anak SMA yang sempat
bertemu di jembatan. Mereka sedang minum soju dan ada rokok juga disamping
cemilannya. Do Hee berkata “Lihat! tampak kotor jika dari dekat”
Ho Goo menoleh kearah pandang Do Hee. Dan terkejut saat Do Hee
mendekati mereka sambil berteriak menyuruh mereka melepas seragam atau meroko
atau minum, pilih salah satu saja. Tapi ternyata mereka melakukan ketiganya sekaligus,
keterlaluan sekali.
Ho Goo hanya berada dibelakang Do Hee bersembunyi tak ingin ikut
campur. Ia tetap berusaha membujuk Do Hee untuk menghentikan aksinya tersebut
dan pergi saja dari sana. Meski Ho Goo hanya diabaikan oleh Do Hee.
Mereka tidak senang Do Hee ikut campur urusan orang lain. Dan
menyuruhnya pergi saja. Bahkan mereka memanggil ahjuma dan Unnie dari Seoul. Do
Hee mengambil rokok membuka dan menutupnya kembali. Ia bergumam jika ia tidak
bisa pergi begitu saja.
Gi Jae akhirnya marah juga pada Do Hee. ia berkata entah dia merokok
atau minum, itu adalah urusannya tidak ada hubungannya dengan Do Hee, toh Do
Hee bukan ibunya. Ia mengancam akan mematahkan lengannya jika Do Hee tak pergi.
Ho Goo mengumpat Gi Jae dan mencoba membela Do Hee. Tapi Do Hee wanita tangguh,
ia sama sekali tidak takut ancaman itu. Ia malah balik mengancam sambil berucap
sumpah serapah.
“Apa yang akan kau lakukan pada lenganku, hah? Akan aku jaga omonganku
jika aku jadi kau!..@#$%%^&%$#@!....(Biiiiip), akan aku kunyah dan aku
muntahkan!”
Gi Jae menutup mulutnya tak percaya dengan omongan kasar Do Hee. ‘Do
Hee asli’ tak terima pacarnya diumpat seperti hingga akhirnya dia balik
mengumpat Do Hee. Mereka saling dorong dan hampir berkelahi. Ho Goo menghalangi
mereka dengan memposisikan dirinya di tengah-tengah, sehingga ia terdorong
kesana kemari.
Tiba-tiba ‘Do Hee asli’ berseru “Hey tunggu, bukankah dia Do Do Hee?”
Do Hee menutupi wajahnya, sementara Ho Goo menutupi pandangan mereka
pada Do Hee. Lalu ia berteriak “Itu Tae Ji ! Ada Seo Tae Ji!”
Mereka akhirnya menoleh kearah yang ditunjuk Ho Goo. Saat mereka
lengah Ho Goo melarikan diri tapi berbalik kembali menarik Do Hee yang
ketinggalan. Mereka bergumam heran dengan tingkah laku mereka yang tidak
dewasa. Gi Jae kembali ketempat duduknya dan melihat aneh pada koin 500 won.
Pasti Ho Goo yang ninggalin sebagai ganti rugi, karena soju dan rokok mereka
tidak ada disitu.
Gi Jae berteriak kesal meminta mereka mengambil uang mereka kembali.
‘Do Hee asli’ malah merasa heran dengan teriakan Ho Goo tadi, ia bertanya-tanya
siapa Seo Tae Ji?
Tunggu lanjutannya di part 2 ^^ …………………………….
Note :
*Seo Tae Ji adalah penyanyi lawas yang sangat terkenal di korea,
bahkan ia disebut sebagai ‘Presiden Budaya’ karena memberikan kontribusi jauh
lebih besar terhadap budaya pop korea serta pembangunan K-pop di tahun 1990-an
dengan memasukkan unsur genre musik populer Amerika .
Sumber : Wikipedia.
Kak,kelanjutan nya kok enggak ada ya.saya suka baca sinopsis dblok kakak,kerna lengkap dan bahasanya jelas bisa dimengerti.selain itu juga bergambar lagi😁
ReplyDelete